MA’RIFAT DAN ZUHUD
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompokmata kuliah Esensi
Al-Qur’an
Disusun
oleh Kelompok II :
Restu Aqil K 1144010153
Resya
Ayu Pratiwi 1144010154
Ridha Syahida I Z 1144010155
Ridhi Antika ZN 1144010156
Rifqi
Murodi 1144010157
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
JURUSAN BIMBINGAN
KONSELING ISLAM
2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ....... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ ....... 1
A.
Latar Belakang Masalah........................................................... ....... 1
B.
Perumusan Masalah.................................................................. ....... 2
C.
Tujuan Penulisan ...................................................................... ....... 2
D.
Metode Penulisan . .................................................................. ....... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... ....... 4
A........ Pengertian Ma’rifat dan Zuhud........................................................ 4
B........ Penjelasan Ma’rifat dan Zuhud
dalam AlQuran ............................. 7
BAB
III PENUTUP. ...................................................................................... ..... 11
A.
Kesimpulan................................................................................ ..... 11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Hidup
di jaman yang serba Modern ini, telah mendorong kita pada sikap atau perilaku
hidup yang materialistik dan Hedonis. Segala sesuatunya ditentukan dengan uang,
sehingga ada ungkapan ada uang ada jalan, tak ada uang tak jalan. Segala
usahanya dan kerjanya dihabiskan hanya untuk memperoleh kebutuhan hidup yang
bersifat materi demi kepusan hawa nafsunya. Bahkan sampai rela mengorbankan
segalanya, menghallkan segala cara demi sampainya pada tujuan yang dinginkan.
Fenomena
diatas dapat kita saksikan secara
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuktikan pemenuhan kepentingan
lahiriah atau jasmani yang melebihi kebutuhan yang seharusnya melahirkan apa
yang disebut Hubbudunya yaitu cinta dunia yang berlebih-lebihan yang dampaknya
sangat menghawatirkan.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan sudah
seharusnya mengembalikan hubungan dengan Allah pada jalus semestinya. Jalan
yang dimana kita konsisten paa arah jalur ini akan tercipta kebahagian dunia dan akhirat. Dalam
suatu keterangan
disebutkan “Man
‘arofa nafsahu faqad ‘arofa robbahu”.
Konsep
inilah yang mengisyaratkan pentingnya kita sebagai makhluk
mengenal diri kita, bagaimana kedudukan kita di dunia
mau dibawa kemana arah tujuannya yakni
dengan jalan ma’rifatullah inilah yang diharapkan dapat
akan timbulnya kesadaran
kita terhadap eksistensi yang hakiki hidup di dunia ini.
Sedangkan ada pula suatu fenomena lainnya pada saat
ini yakni zuhud. Zuhud adalah sebuah kata yang mengungkapkan berpaling atau berpindahnya keinginan
terhadap sesuatu kepada hal lain yang lebih baik darinya. Sesuatu yang
ditinggalkan itu mestinya adalah sesuatu yang dicintai. Dari sini, maka orang
yang berpaling meninggalkan cinta dunia kepada cinta akhirat disebut sebagai orang yang zuhud terhadap dunia. Karena pada setiap jiwa manusia
telah tertanam secara
naluri kecintaan kepada perkara-perkara duniawi. Sedangkan akhirat, jauh lebih
baik dari dunia.
Oleh karena
itu Abu Sulaiman pernah berkata, “Janganlah engkau bersaksi bahwa
seseorangadalah orang yang zuhud. Karena zuhud ada dalam hati. Maka zuhud tidak
selalu identik dengan kemiskinan. Bisa jadi orang yang memiliki banyakharta
ternyata lebih zuhud dari pada orang yang miskin. Terkadang seseorang yang meninggalkan harta dianggap sebagai orang yang
zuhud, padahal tidak demikian. Sehingga akan dibahas lah Ma’rifat
dan Zuhud yang beristinbath pada surat-surat Al-Quran yang akan
diuraikan dalam makalah ini.
1.2
Rumusan Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka
penulis merumuskannya dalam bentuk pertanyaan berikut :
1.
Apa pengertian ma’rifat dan zuhud?
2.
Bagaimana penjelasan ma’rifat dan zuhud dalam Al-Quran?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut
:
1.
Untuk mengetahui pengertian ma’rifat dan zuhud
2. Untuk mengetahui penjelasan ma’rifat dan zuhud dalam
Al-Quran
1.4
Metode Penulisan
Dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode “bibiliografi” atau metode
“kepustakaan” dengan menelusuri literature yang ada serta menelaahnya secara
tekun dalam mengerjakan sebuah penelitian. Dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
Langkah pertama : Mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan
bahasan (collecting of fact date)
Langkah kedua : Mengklasifikasikan data atau bahan (classification of fact
date)
Langkah ketiga : Menganalisa bahan-bahan yang ada
kemudian membuat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ma’rifat dan Zuhud
1. Pengertian Ma’rifat
Ma’rifat berasal dari kata ‘arafa, yu’rifu, ‘irfan, ma’rifah,
artinya adalah pengetahuan, pengalaman, atau pengetahuan Ilahi. Ma’rifat secara
etimologis berarti ilmu yang tidak menerima keraguan. Ma’rifat dapat pula
berarti pengetahuan rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi
daripada ilmu yang didapat oleh orang-orang pada umumnya. Pengetahuan dalam
pengertian yang umum, khususnya pada penggunaan bahasa Arab zaman modern, namun
dalam litetarur keagamaan ia secara khusus berarti gnosis, yakni pengetahuan
esoteris atau pengetahuan mistis dari dan terhadap Tuhan. Ia sebanding dengan
istilah jinana dalam bahasa sansakerta.[1]
Menurut sufisme, ma’rifat merupakan bagian dari tritunggal bersama
dengan makhafah (cemas terhadap Tuhan) dan mahabbah (cinta). Ketiganya
merupakan sikap seseorang perambah jalan spiritual (thariqat). Ma’rifat
dalam pengertian tasawuf berarti pengetahuan yang sangat jelas dan pasti
tentang tuhan yang diperoleh melalui sanubari. Menurut Abu Zakaria al-Anshari
bahwa ma’rifat menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan yang sampai ke tingkat
keyakinan yang mutlak.
Secara terminologis, ma’rifat adalah ilmu yang didahului
ketidaktahuan. Didalam istilah sufi, ma’rifat berarti ilmu yang tidak menerima
keraguan apabila objeknya adalah zat dan sifat-sifat Allah SWT. Dalam
istilah sufi juga dikatakakan bahwa ma’rifat dapat diartikan cahaya yang
disorot pada hati siapa saja yang dikehendakinya. Inilah pengetahuan hakiki
yang datang melalui kasyf (penyingkapan), musyahadah (penyaksian), dan dzauq
(cita rasa). Pengetahuan ini berasal dari Allah, akan tetapi pengetahuan ini
bukanlah Allah sendiri karena dia tidak bisa diketahui dalam esensinya.[2]
Dalam tasawuf, istilah ma’rifat diartikan sebagai pengetahuan yang
yang tidak mengenal keragu-raguan, sebab obyeknya adalah Tuhan dan
sifat-sifatnya atau ma’rifat berarti juga pengetahuan yang sangat jelas dan
pasti tentang Tuhan yang diperoleh melalui sanubari. Karena jelas dan pastinya
pengetahuan itu, menyebabkan seseorang merasa tahu dengan yang diketahuinya
itu.
Selanjutnya menurut Harun Nasution ma’rifat adalah mengetahui Tuhan
dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan. Menurut sebagian ulama, ma’rifat adalah sifat orang-orang yang
mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kemudian ia membenarkan
Allah dengan melaksanakan ajarqnnya dalam segala perbuatan. Ia
membersihkan dirinya dari akhlak yang rendak dan dosa-dosa, kemudian berdiri
mengetuk pintu Allah. Dengan hati yang konsisten dan istiqomah, dia beri’tikaf
untuk menjauhi dosa-dosa, sehingga ia memperoleh sambutan Allah yang indah,
Allah membimbing dalam semua keadaannya, maka terputuslah gelora napsu dari
dirinya dan hatinya dan tidak pernah terdorong lagi untuk melakukan selain ini.
Ia menjadi orang asing ditengah manusia, bebas dari dosa-dosa,
bersih dari urusan dunia, terus menrus bermujat dihadapan Allah dengan cara
sirri (rahasia dan tersembunyi). Semua ucapannya adalah benar, dia berkata
engan bimbingan Allah. Diberitahukan kepadanya rahasia-rahasia Allah tentang
kekuasaannya yang berlaku. Itulah yang disebut arif dan keadaannya ddisebut
ma’rifat. Pendek kata dengan keasingan dirinya itu, ma’rifatnya akan
mendapatkan Tuhannya Yang Maha Agung dan Maha Mulia.
2. Pengertian Zuhud
Secara
etimologis, zuhud berarti ragaban ‘ ansyai’in watarakahu, artinya
tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zahada fi
al-dunya, berarti mengosongkan diri dari kesenagan dunia untuk ibadah. Berbicara tentang zuhud secara terminologis, maka tidak bisa di
lepaskan dari dua hal: yang pertama zuhud sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari tasawuf. Kedua zuhud sebagai moral
(akhlak) islam dan gerakan protes.
Apabila
tasawuf diartikan adanya komunikasi langsung antara manusia dengan Tuhan
sebagai perwujudan ihsan, maka zuhud merupakan suatu stasiun (maqam)
menuju tercapainya “perjumpaan” atau ma’rifat kepadaNya. Klasifikasi arti zuhud
ke dalam dua pengertian tersebut sejalan dengan makna ihsan. Yang
pertama berarti ibadah kepada Allah seakan-akan melihatnya dan zuhud sebagai
salah satu maqam menuju kesana, dan yang kedua arti dasar ihsan adalah
berbuat baik.
Menurut
Al-Palibani hakikat zuhud itu meninggalkan sesuatu yang di kasihi dan berpaling
dari padanya kepada sesuatu yang lain, yang lebih baik dari padanya. Karena itu
sikap seseorang yang meninggalkan kasih akan dunia “karena mengigikan sesuatu
didalam akhirat itulah yang dikatakan zuhud.[3]
Pengertian
zuhud ini ada tiga macam[4]
:
a)
Meninggalkan
sesuatu karena mengiginkan sesuatu yang lebih baik daripadanya.
b)
Meninggalkan
keduniaan karena mengharapkan sesuatu yang bersifat keakhiratan.
c)
Meninggalkan
segala sesuatu selain Allah karena mencintaiNya.
Sudah banyak
orang yang membahas masalah zuhud dan masing-masing mengungkap menurut
perasaanya, berbicara menurut keadaanya. Padahal pembicaraan menurut bahasa
ilmu, jauh lebih luas dari pada berbicara berdasarka bahasa perasaan, yang
sekaligus lebih dekat kepada hujjah dan bukti keterangan.
Ada beberapa
pendapat dari para ulama yaitu dari Syaikhul-islam ibnu taimiyah berkata,
“zuhud artinya meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat untuk kepentingan
akhirat”. Sedangkan menurut sufyan Ats-Tsaury, zuhud di dunia artinya tidak
mengumbar harapan,bukannya makan sesuatu yang kering dan mengenakan pakaian
yang tidak bagus. Al-junaid berkata, “Aku pernah mendengar sary mengatakan,
bahwa Allah merampas keduniaan dari para waliNya, menjaga agar tidak melalaikan
hamba-hambaNya yang suci dan menggeluarkanya dari hati orang-orang layak
bersanding dengan-Nya. Sebab Allah tidak meridhainya bagi mereka. Dia juga
berkata, “orang yang zuhud tidak gembira karena mendapatkan dunia dan tidak
sedih karaena kehilanggan dunia.
Menurut
Yahya bin Mu’adz, zuhud itu menimbulkan kedermawanan dalam masalah hak milik,
sedangkan cinta menimbulkan kedermawanan dalam masalah ruh. Menurut
ibnu-jala’,zuhud itu memandang dunia dengan pandangan yang meremehkan, sehingga
mudah bagimu untuk berpaling darinya. Menurut ibnu khafif, zuhud artinya merasa
senang jika dapat keluar dari kepemilikan dunia. Menurut Al-imam Ahmad, zuhud
di dunia artinya tidak mengumbar harapan di dunia. Ada pula salah satu riwayat
dariNya, bahwa zuhud itu tidak gembira mendapatkan keduniaan dan tidak sedih
kehilangan keduniaanya.[5]
Menurut
abdulah bin Al-Mubarak, zuhud artinya percaya kepada Allah dengan disertai
kecintaan kepada kemiskinan. Pendapat yang sama juga dinyatakan syaqiq dan
Yusuf bin Asbath. Menurut
Al-Imam Ahmad, zuhud didasarkan kepada tiga perkara meninggalkan yang haram,
ini merupakan zuhudnya orang-orang awam, meninggalkan berlebih-lebihan dalam
hal yang halal, ini merupakan zuhudnya orang-orang yang khusus, dan
meninggalkan kesibukan selain dari Allah, dan ini zuhudnya orang-orang yang
ma’rifat.
Yang pasti
para ulama sudah bersepakat bahwa zuhud itu merupakan perjalanan hati
dari kampung dunia dan menempatkannya di akhirat. Zuhud ini ada enam macam
yaitu Harta, rupa ,kekuasaan, manusia, nafsu, dan hal-hal selain Allah. Dan
seseorang itu tidak layak mendapat sebuah zuhud kecuali menghindari enam macam
tersebut. Yang paling baik dari pengertian zuhud dan yang paling menyeluruh
adalah seperti yang dikatakan Al-hasan,”zuhud di dunia bukan berarti mengharamkan
yang halal dan menyia-nyiakan harta, tetapi jika engkau lebih meyakini apa yang
ada di tangan Allah dari pada apa yang ada di tanganmu, dan jika ada musibah
yang menimpamu, maka pahala atas musibah itu lebih engkau sukai daripada engkau
tidak di timpa musibah sama sekali.
B.
Penjelasan Ma’rifat dan Zuhud Dalam Al-Qur’an
(Analisis Ayat)
1.
Q.S. Al An’am: 32
$tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# wÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ×öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)Gt 3 xsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÌËÈ
“dan Tiadalah kehidupan
dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah
kamu memahaminya?”
a)
Isi kandungan :
1)
Kehidupan dunia hanyalah senda gurau
2)
Kehidupan akhirat sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa
b)
Esensi
Kehidupan dunia hanyalah senda gurau semata bagi orang-orang kafir
sedangkan kehidupan akhirat sungguh lebih baik balasannya bagi orang-orang yang
bertakwa.
2.
Q.S. Al Araf: 48
#y$tRur Ü=»ptõ¾r& Å$#{ôãF{$# Zw%y`Í NåktXqèùÍ÷èt ÷Lài9yJÅ¡Î0 (#qä9$s% !$tB 4Óo_øîr& öNä3Ztã ö/ä3ãèôJy_ $tBur öNçGYä. tbrçÉ9õ3tGó¡n@ ÇÍÑÈ
“dan
orang-orang yang di atas A'raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang
kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan:
"Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu,
tidaklah memberi manfaat kepadamu."
a)
Isi kandungan :
1)
Orang-orang yang berada di atas ‘araf menyeru kepada orang-orang
kafir
2)
Mereka mengatakan bahwa harta yang mereka miliki dan kumpulkan dan
menjadikannya kesombongan itu tidaklah memberi manfaat
b)
Esensi
Di hari akhir kelak harta yang dikumpulkan manusia tidaklah
memberikan manfaat atau pertolongan apapun.
3.
Q.S. Ar Rad’: 26
ª!$# äÝÝ¡ö6t s-øÎh9$# `yJÏ9 âä!$t±o âÏø)tur 4 (#qãmÌsùur Ío4quysø9$$Î/ $u÷R9$# $tBur äo4quysø9$# $u÷R9$# Îû ÍotÅzFy$# wÎ) Óì»tFtB ÇËÏÈ
“Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya
bagi siapa yang Dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia,
Padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah
kesenangan (yang sedikit).”
a)
Isi kandungan:
1)
Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki
2)
Allah membatasi rezeki bagi yang Dia kehendaki
3)
Orang-orang hubbudunnya mereka bergembira hanya dengan kehidupan
didunia
4)
Tetapi sesungguhnya kesenangan didunia itu hanyalah sedikit
b)
Esensi
Allah melapangkan rezeki bagi orang-orang yang beriman dan sungguh
kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu dibandingkan dengan kesenangan
yang diperoleh diakhirat.
4.
Q.S. An Nisa: 74
* ö@ÏG»s)ãù=sù Îû È@Î6y «!$# z`Ï%©!$# crçô³t no4quysø9$# $u÷R9$# ÍotÅzFy$$Î/ 4 `tBur ö@ÏG»s)ã Îû È@Î6y «!$# ö@tFø)ãsù ÷rr& ó=Î=øót t$öq|¡sù ÏmÏ?÷sçR #·ô_r& $\KÏàtã ÇÐÍÈ
“karena itu hendaklah orang-orang yang
menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah.
Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh
kemenangan Maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.”
a) Isi Kandungan :
1) Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan)
akhirat berperang dijalan Allah SWT diberikan pahala yang besar
2) Yakni berperang
di jalan Allah, lalu gugur dan memperoleh kemenangan.
b) Esensi
Orang –orang yang merelakan kehidupan dunia nya dan mengedepankan
kehidupan akhirat lalu dirinya berperang dan gugur dijalan-Nya, janji Allah
yakni diberikan kepadanya pahala yang besar.
5.
Q.S. Al Mulk: 3
Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù u|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌÈ
“yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu
Lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
a)
Isi kandungan :
1)
Allah telah menciptakan langit berlapis-lapis
2)
Allah tidak akan menciptakan sesuatu yang tidak seimbang pada
penciptaannya.
b)
Esensi
Orang-orang yang bertakwa senantiasa berusaha mengenal Allah lewat
perenungan pada penciptaan-Nya di seluruh alam semsta ini sebagai tanda-tanda
kebesaran-Nya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut
Harun Nasution ma’rifat adalah mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati
sanubari dapat melihat Tuhan. Menurut sebagian ulama, ma’rifat adalah sifat orang-orang yang
mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kemudian ia membenarkan
Allah dengan melaksanakan ajarqnnya dalam segala perbuatan. Ia
membersihkan dirinya dari akhlak yang rendak dan dosa-dosa, kemudian berdiri
mengetuk pintu Allah. Dengan hati yang konsisten dan istiqomah, dia beri’tikaf
untuk menjauhi dosa-dosa, sehingga ia memperoleh sambutan Allah yang indah,
Allah membimbing dalam semua keadaannya, maka terputuslah gelora napsu dari
dirinya dan hatinya dan tidak pernah terdorong lagi untuk melakukan selain ini.
Para ulama
sudah bersepakat bahwa zuhud itu merupakan perjalanan hati dari kampung
dunia dan menempatkannya di akhirat. Zuhud ini ada enam macam
yaitu Harta, rupa ,kekuasaan, manusia, nafsu, dan hal-hal selain Allah. Dan
seseorang itu tidak layak mendapat sebuah zuhud kecuali menghindari enam macam
tersebut. Yang paling baik dari pengertian zuhud dan yang paling menyeluruh
adalah seperti yang dikatakan Al-hasan,”zuhud di dunia bukan berarti
mengharamkan yang halal dan menyia-nyiakan harta, tetapi jika engkau lebih meyakini
apa yang ada di tangan Allah dari pada apa yang ada di tanganmu, dan jika ada
musibah yang menimpamu, maka pahala atas musibah itu lebih engkau sukai
daripada engkau tidak di timpa musibah sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Syukur.
(Tahun) Zuhud Di Abad Modern. Pustaka Pelajar.
Imam ahmad bin hambal.
(Tahun) Az-Zuhd. (Dar Ar-Rayyan Lit-Turats
Cairo)
Jumantoro, Totok dan Samsul Munir
Amin
(2005) Kamus Ilmu Tasawuf. Wonosobo: Amzah.
Ibnu Qayyim Al-jauziyah.
(1998) Madarijus Salikin. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
The Top 5 Best Baccarat In India | FBCasino
BalasHapusThe Top 5 Best Baccarat In India. Online casino is one of the easiest ways for players to enjoy the game of table 바카라 게임 games like Blackjack, Poker,