SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Ilmu Tasawuf
Disusun
oleh :
Ridha Syahida I Z 1144010155
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
2015
Puji
serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana memberikan
banyak kenikmatan bagi kita semua sebagai makhluknya yang penuh dengan
kesalahan sehingga hari ini atas
kehendak-Nya jugalah makalah ini dapat terselesaikan.
Tidak
lupa pula shalawat dan salam kami hantarkan pada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya keislaman, ketauhidan dan
intelektualitas pada kami semua.
Ucapan
terimah kasih kami ucapkan kepada segenap sahabat maupun teman-teman sekalian
yang membantu dan mensupport atas terselesainya makalah ini sebagai syarat ujian yang diberikan oleh dosen.
Semoga makalah
ini dapat menjadi sumbangan ilmu yang bermanfa’at bagi kita semua. Permintaan maaf
yang sebesar-besarnya kami ucapkan, apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan,
karena kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wajalla. Dan hanya kepada Nya lah
penulis memohon petunjuk dan kepada-Nya lah kembali segala urusan.
Amien
ya Rabbal ‘Alamien
Bandung, 15 Maret
2015
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ....... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... ....... 1
1.1
Latar Belakang Masalah .......................................................... ....... 1
1.2
Perumusan Masalah ................................................................. ....... 2
1.3
Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4
Metode Penulisan .................................................................... ....... 2
BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TAREKAT.................... ....... 4
2.1 Pengertian Tarekat................................................................................. 4
2.2 Sejarah Perkembangan Tarekat...................................................... ....... 5
2.3 Nama-nama Tarekat....................................................................... ....... 8
2.4 Hubungan
Tarekat dengan Tasawuf.............................................. ..... 13
2.5 Pengaruh
Tarekat di Dunia Islam........................................................ 14
BAB III ................ PENUTUP
................................................................. ..... 17
3.1 K esimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Zaman sekarang disebut zaman modern,
ditandai dengan kemakmuran material, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern, serba mekanik dan otomatis. Materi telah mampu memberikan kesenangan
dan kenyamanan lahiriyah.. Namun, semua itu, pada taraf tertentu, telah
menimbulkan kebosanan. Bahkan banyak membawa bencana. Salah satunya adalah
manusia modern telah dilanda kehampaan spiritual.
Di tengah suasana seperti itu,
manusia merasakan kerinduan akan nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai ilahiyah,
nilai-nilai yang dapat menuntun manusia kembali kepada fitrahnya. Karena itu
manusia mulai tertarik untuk mempelajari tasawwuf dan berusaha untuk
mengamalkannya. Hal ini terlihat dengan tumbuhnya majlis-majlis pengajian
tasawwuf dengan segala amalan-amalan dan dzikir-dzikirnya. Majlis- majlis
tasawwuf inilah yang kemudian populer dengan istilah tarekat.
Tarekat bila dilihat secara
etimologis mempunyai arti “jalan”. Jalan yang dimaksud adalah jalan yang
ditempuh oleh para sufi menuju Allah, menurut Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy
dalam bukunya Mustafa (2010: 280) tarekat adalah pengalaman
syari’at,melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari
(sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.
Namun, dalam perkembangannya pengertian tarekat mengalami perluasan, tarekat
bukan hanya suatu jalan yang dilalui oleh para sufi untuk mendekatkan diri
kepada Allah tetapi tarekat menjadi suatu organisasi yang melembaga dikalangan
para pengikut tarekat tersebut. Tarekat yang sudah menjadi sesuatu yang lembaga
dipimpin oleh seorang syekh yang mengajarkan tentang tata cara melakukan ibadah
yang terdapat dalam tarekat tersebut. Pada intinya tarekat itu lebih
terstruktur daripada tasawuf. Menurut Anwar (2010: 308) hakikat tarekat yang
sebenarnya adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui
ajaran-ajaran tasawuf yang dilakukan dibawah bimbingan seorang guru atau syekh.
Apabila dihubungkan antara tasawuf dan tarekat, hubungan yang ada di dalamnya
adalah tasawuf merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan tarekat
merupakan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak
dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka
penulis merumuskannya dalam bentuk pertanyaan berikut :
1. Apa
pengertian Tarekat ?
2. Bagaimana
Sejarah Perkembangan Tarekat?
3. Apa
saja nama-nama tarekat ?
4. Bagaimana
hubungan Tarekat dengan Tasawuf ?
5. Bagaimana
pengaruh Tarekat didunia Islam ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan karya tulis ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Tarekat
2. Untuk
mengetahui Sejarah Perkembangan Tarekat
3. Untuk
mengetahui nama-nama tarekat
4. Untuk
mengetahui hubungan tarekat dengan tasawuf
5. Untuk
mengetahui pengaruh tarekat di dunia Islam
1.4 Metode Penulisan
Dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode “bibiliografi”
atau metode “kepustakaan” dengan menelusuri literature yang ada serta
menelaahnya secara tekun dalam mengerjakan sebuah penelitian. Dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah
pertama : Mengumpulkan bahan-bahan
yang berkaitan dengan
bahasan
(collecting of fact date)
Langkah
kedua : Mengklasifikasikan data
atau bahan (classification of fact
date)
Langkah
ketiga : Menganalisa bahan-bahan
yang ada kemudian membuat
kesimpulan
(analitic of fact date)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Tarekat
Asal kata tarekat dalam bahsa arab ialah “thariqah”
yang berarti jalan, kedaan, aliran atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah
jalan-jalan yang ditempuh para sufi. Dapat pula digambrkan sebagai jalanyang
berpangkal dari syariat sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan
tersebut thariq. Kata turun ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi,
pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum
ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tidak mungkin jika ada anak jalan
bila tidak ada jalan utama tempat berpangkal; pengalaman mistik tidak mungkin
didapat bila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati.
Munurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata
thariqah, yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh seseorang calon sufi agar
ia berada sedekat mungkin dengan Allah. Tariqoh kemudian mengandung arti
organisasi (tarikat). Tiap tarikat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk
ziir sendiri. Sejalan dengan ini, Martin Van Bruinessen menyatakan istilah
“tarekat” paling tidak dipakai untuk mengacu pada organisasi yang menyatukan
pengikut-pengikut “jalan” tertentu. Di timur tengah, istilah “ta’ifdah” terkadang
sering di sukai oleh organisasi. Sehingga lebih mudah untuk membedakan antara
satu dengan yang lain. Akan tetapu di Indonesia kata tarekat mengacu pada
keduanya.
Menurut Asy-Syekh
Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut
disebutkan:
ا لطر يقة هي ا لعمل با
الشر يعة و ا لاخذ بعزا ئعها و ا لبعد عن ا لتسا هل
فيما لا ينبغي ا لتسا هل
فيه
Artinya:
“Tariqat adalah pengamalan
syariat, melaksanakan beban ibadah ( dengan tekun ) dan menjauhkan ( diri )
dari ( sikap ) mempermudah ( ibadah ), yang sebenarnya memang tidak boleh
dipermudah”
اا لطر يقة هي ا جتنا ب ا لمنهيا ت ظا هرا و با طنا وا متثا ل ا لا وا مر ا لا
لهية
بقد ر ا لطا قة
Artinya:
“Tariqat adalah menjauhi larangan
dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan yang
nyata maupun yang tidak
( batin ).”
ا لطر يقة هي ا جتنا ب ا محر ما ت و ا لمكرو ها ت
و فضو ل ا لمبا حا ت
و ا دا ء ا لفرا ئض فما ا
ستطا ع من ا لنوا فل تحت ر عا ية عا ر ف من ا هل ا لنها ية
Artinya:
“Tariqat adalah meninggalkan yang
haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung)
fadilah, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan
kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang arif (Syekh) dan (Sufi)
yang mencita-citakan suatu tujuan.”
2.2 Sejarah dan Perkembangan Tarekat
Setidaknya ada dua
faktor yang menyebabkan lahirnya gerakan tarekat pada, yaitu faktor kultural
dan struktur. Dari segi politik, dunia Islam sedang mengalami krisis hebat. Di
bagian barat dunia Islam, seperti : wilayah Palestina, Syiria, dan Mesir
menghadapi serangan orang-orang Kristen Eropa, yang terkenal dengan Perang
Salib. Selama lebih kurang dua abad (490-656 H. / 1096-1258 M.) telah terjadi
delapan kali peperangan yang dahsyat.
Di bagian timur, dunia
Islam menghadapi serangan Mongol yang haus darah dan kekuasan. Ia melahap
setiap wilayah yang dijarahnya. Demikian juga halnya di Baghdad, sebagai pusat
kekuasaan dan peradaban Islam. Situasi politik kota Baghdad tidak menentu,
karena selalu terjadi perebutan kekuasan di antara para Amir (Turki dan
Dinasti Buwihi). Secara formal khalifah masih diakui, tetapi secara praktis
penguasa yang sebenarnya adalah para Amir dan sultan-sultan. Keadaan yang
buruk ini disempurnakan (keburukannya) oleh Hulagu Khan yang memporak
porandakan pusat peradaban Umat Islam (1258 M.).
Kerunyaman politik dan
krisis kekuasaan ini membawa dampak negatif bagi kehidupan umat Islam di
wilayah tersebut. Pada masa itu umat Islam mengalami masa disintegrasi sosial
yang sangat parah, pertentangan antar golongan banyak terjadi, seperti antara
golongan sunni dengan syi’ah, dan golongan Turki dengan golongan Arab dan
Persia. Selain itu ditambah lagi oleh suasana banjir yang melanda sungai Dajlah
yang mengakibatkan separuh dari tanah Iraq menjadi rusak. Akibatnya, kehidupan
sosial merosot. Keamanan terganggu dan kehancuran umat Islam terasa di
mana-mana.
Dalam situasi seperti itu wajarlah kalau umat Islam berusaha mempertahankan
agamanya dengan berpegang pada doktrinnya yang dapat menentramkan jiwa, dan
menjalin hubungan yang damai dengan sesama muslim.
Masyarakat Islam
memiliki warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai
pegangan yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang ikut
membidani lahirnya gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah kepedulian ulama sufi, mereka memberikan pengayoman
masyarakat Islam yang sedang mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat
anak ayam kehilangan induk). Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang awam,
secara praktis lebih berfungsi sebagai psikoterapi yang bersifat massal. Maka
kemudian banyak orang awam yang memasuki majelis dzikir dan halaqah-nya
para sufi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu kelompok tersendiri (eksklusif)
yang disebut dengan tarekat.
Di antara ulama sufi
yang kemudian memberikan pengayoman kepada masyarakat umum untuk mengamalkan
tasawuf secara praktis (tasawuf ‘amali), adalah Abu Hamid Muhammad al-Ghazali
(w. 505 H./1111 M.). Kemudian menurut Al-Taftazani diikuti oleh ulama’ sufi
berikutnya seperti syekh Abd. Qadir al – Jailani dan Syekh Ahmad ibn Ali
al-Rifa’i. Kedua tokoh sufi tersebut kemudian dianggap sebagai pendiri Tarekat
Qadiriyah dan Rifa’iyah yang tetap berkembang sampai sekarang.
Secara garis besar
melalui tiga tahap yaitu : tahap khanaqah, tahap thariqah dan
tahap tha’ifah.
1.
Tahap khanaqah
Tahap khanaqah (pusat
pertemuan sufi), dimana syekh mempunyai sejumlah murid yang hidup bersama-sama
dibawah peraturan yang tidak ketat, syekh menjadi mursyid yang dipatuhi.
Kontemplasi dan latihan-latihan spiritual dilakukan secara individual dan
secara kolektif. Ini terjadi sekitar abad X M. Gerakan ini mempunyai masa
keemasan tasawuf.
2.
Tahap thariqah
Sekitar abad XIII M. di
sini sudah terbentuk ajaran-ajaran, peraturan dan metode tasawuf. Pada masa
inilah muncul pusat-pusat yang mengajarkan tasawuf dengan silsilahnya
masing-masing. Berkembanglah metode-metode kolektif baru untuk mencapai
kedekatan diri kepada Tuhan. Disini tasawuf telah mencapai kedekatan diri
kepada Tuhan, dan disini pula tasawuf telah mengambil bentuk kelas menengah.
3.
Tahap tha’ifah
Terjadinya pada sekitar
abad XV M. Di sini terjadi transisi misi ajaran dan peraturan kepada pengikut.
Pada masa ini muncul organisasi tasawuf yang mempunyai cabang di tempat lain.
Pada tahap tha’ifah inilah tarekat mengandung arti lain, yaitu
organisasi sufi yang melestarikan ajaran syekh tertentu. Terdapatlah
tarekat-tarekat seperti Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat
Syadziliyah dan lain-lain.
Sebenarnya, munculnya
banyak tarekat dalam Islam pada garis besarnya sama dengan latar belakang
munculnya banyak madzhab dalam figh dan banyak firqah dalam ilmu kalam.
Di dalam kalam berkembang madzhab-madzhab yang disebut dengan firqah,
seperti : khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah. Di sini
istilah yang digunakan bukan mazhab tetapi firqah, di dalam figh juga
berkembang banyak firqah yang disebut dengan madzhab seperti madzhab
Hanafi, Maliki, Hanbali, Syafi’i, Zhahiri dan Syi’i. Di dalam tasawuf juga
berkembang banyak madzhab, yang disebut dengan thariqah. Thariqah dalam tasawuf
jumlahnya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan perkembangan madzhab dan firqah
dalam fiqh dan kalam, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tarekat juga
memiliki kedudukan atau posisi sebagaimana madzhab dan firqah-firqah tersebut
di dalam syari’at Islam.
2.3 Nama – Nama Tarekat
Dari sekian banyak tarekat hanya beberapa
saja yang dinilai besar dan memiliki ciri-ciri khusus. Ajaran Arbery, yang
menganggap tarekat baru berdiri di abad V Hijriyan (XI M) menunjuk
tarekat-tarekat di maksud adalah : Al-Qodiriyah, Al-Suhrowardiyah,
Al-Syadzaliyah dan Mawlawyah (Al-Rumiyah). Sementara orientalis gibbs
menganggap tarekat Al Qodiriyah, Al Rifaiyah, Al Badawiyah, Mawlawiyah, Al
Syadzaliyah, Al-naqsabandiyah dan Al Khalwatiyah sebagai tarekat yang memiliki
ciri-ciri khas.
1.
Tarekat
Qodariyah
Tarekat
ini didirikan oleh muhyi al-Din abu muhamad ‘Adb al qodir bin musa bin
‘abdullah bin musa (470-561 H 1077/1166 M) pengikutnya menyebar ke berbagai
pelosok dunia islam sampai ke asia barat dan mesir. Pada abad XIX M bercabang sampai ke maroko
dan Indonesia. Tarekat ini dinilai sebagai tarekat paling progresif tapi tidak
jauh dari faham salf. Tarekat ini lebih berkonsentrasi kepada pemurnian
tawhidullah dan zduhur dalam ibadah. Ia memiliki keunggulan dalam ihwal
kedermawanan, kealehan dan kerendahan hati serta ketidaksetujuan terhadap
fanatisme agama dan politik.
Diantara
ajaran pokoknya ialah : bercita-cita tinggi (“aluw al Himmah) menghindari
segala yang haram, memelihara hikmah, merealisasikan maksud dan mengagungkan
nikmat Allah, beberapa sebab keberhasilan tarekat ini dalam rekkrutmen murid
dan calon murid adalah ketaatan yang teguh dalam syariat dan realisasi ajaran
salaf, kencamannya yang gencar terhadap paham yang menyandarkan keimanan semata
sebagai alat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam kecamannya
terhadap paham reinkarnasi /(tanasukh al ruh). Ajaran-ajarannya dilandaskn
secara kuat kepada AL Qur’an dan AL Sunnah.
2.
Tarekat
Rifa’iyah
Tarekat
Rifa’iyah didirikan oleh ahmad al Rifa’i (570 H / 1173 M) didorong oleh kondisi
mengendornya hubungan antara cabang-cabang qodiriyah dan lahirnya
rantingranting baru yang independen. Tarekat ini dinilai lebih fanatik,
memiliki tradisi yang sangat ketat dalam mematikan hawa nafsu dan
pelantikan-pelantikan yang luar biasa. Pengikutnya yang melakukan dzikir secara
baik akan dapat terbawa ke alam fana dalam keadaan fana’ itu bisa
melakukan hal-hal yang menakjubkan seperti sihiq
3.
Tarekat
Suhrowardiyah
Didirikan
oleh Syihab al Din al Suhbowardi inspirasi seorang ahli dari maghrib, nur al
din ahmad bin ‘abdullah al syadzali. Pengikutnya tersebar di Tunis- karena
pemerintah mencemaskannya sang imam cenderung menyingkir ke alexanria di mesir
keberhasilannya sangat cepat juga di afrika.
4.
Tarekat
Ahmadiyah / Badawiyah
Tarekat
ini disebut juga tarekat badawiyah karena pendirinya bernama Ahmad bi ‘Aly al
Husainy al Badawy. Tarekat ini sangat konsisten
dengan Al Qur’an dan As Sunnah, ia sangat diminati karena antara lain :
mendorong para pengikut / muridnya untuk pandai, kaya dan dermawan, saling
mengasihi dan juga karena doktrin\-doktrin sifistiknya yang menarik.
5.
Tarekat
Mawlawiyah / al Rumiyah
Mawlana
jalaludin rumi muhammad bin hasain al khattabi al kbakri (Jalaludin Rumi) atau
sering juga disebut Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di balk (sekarang
Afganistan).
Kesufian
Rumidi mulai ketika ia sudah berumur cukup tua 48 tahun.
Rumi memang
bukan sekedar penyair, tapi ia juga tokoh sufi ayng berpenaruh pada zamannya.
Rumi adalah guru nomor satu pada tarekat maulawiyah. Sebuah tarekat yang
berpusat di turki dan berkembang disekitarnya. Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat
menentang pendewaan-pendewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran.
Dalam
sistem pengajarannya, Rumi mempergunakan penjelasan dan latihan mental,
pemikiran dan meditasi, kerja dan bermain. Tindakan dan diam. Gerakan-gerakan
tubuh pikiran dari pra darwis berputar dibarengi dengan musik toup untuk
mengiringi gerakan-gerakan tersebut merupakan hasil dri metode khusus yang
dirancang untuk membawa seseorang salik mencapai afinitas dengan arus mistis
untuk ditransformasikan melalui cara ini.
6.
Tarekat
Syadzaliyah
Abu
Hasan al Syadzali mendirikan tarekat ini setalah ia mendaptkana khirqoh /
ijazah dari gurunya abu ‘abdullah bin ali bin hazam dari abdullah ‘abd. Al salam bin majisy. Kelebihan dari tarekat
ini terletak pada lima (5) ajaran pokoknya yaitu : takwa kepada Allah dalam
segala keadaan. Konsisten dalam mengikuti al sunnah, ridho dalam ketentuan dan
pemberian Allah SWT, menghormati sesama manusia, dan kembali kepada Allah
(taubat) dalam susah/senang.
Sedangkan
tiga hal pokok yang menjadi landasan/ azas tarekat ini adalah : mencari ilmu
(belajar), memperbanyak Dzikrulah dan hduhur ilaallah. Ketiga hal pokok ini
selalu menjadi penekanan kepada murid-murid al syadzali dia tidak menganjurkan
mujahadah seperti tarekat-tarekat lain. Kebenaran baginya, didalam diri manusia
itu ada nur ashli/ nur potensial yang akan menjadi kuat, berkembang dan subur
bila diperkuat dengan nur ilmu yang lahir akibat dzikrullah.
Tarekat
ini tidak mempredikan hal hal yang belum ataupun bakal terjadi dalam arti mengartikan
segala kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
Doktrin ini diperdalam oleh ibn atho’illah dan menjadi doktrin utamanya.
Syadzaliyah terutama mereka di kalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat dan
pegawai pemerintah. Oleh karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol daro
anggota tarekat ini adalah kerapihan mereka dalam berpakaian, ketenangan yang
terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya.
Tarekat
syadzaliyah ini tidak mentukan syarat-syarat yang erat kepada syaikh tariqoh,
kecuali mereka harus meninggalkan segala perbuatan maksiat, memelihara segala
ibadah-ibadah sunnah semampunya, zikir kepada Allah sebanyak mungkin,
sekurang-kurangnya seribu kali sehari semalam dan beberapa zikir yang lain.
7.
Tarekat Tijaniyah
Didirikan oleh abul abbas ahmad bin Muhammad bin al
mukhtar at tijani (1733-1815 M) salah seorang tokoh dari gerakan neosufisme.
Ciri dari garakan ini ialah penolakannya terhadap sisi eksatik dan meta fisis sufisme
dan lebih menyukai pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuan syariat dan
berupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruh nabi Muhammad sebagai ganti
untuk menyatu dengan Allah.
8.
Tarekat
Syattariyah
Tarekat
syattariyah adalah tarekat yang pertama kali muncul di india abad XV M tarekat
ini dinisbahkan pada tokoh yang berjasa dan mempopolerkannya, Abdullah asy
syattar.
Sebagaimana hal tarekat-tarekat lain, syattariyah
menonjolkan aspek dzikir di dalam ajarannya. Didalam tarekat inii, dikenal 7
macam dzikir muqodimah sebagai peralatan/tangga untuk masuk kedalam tarekat
syattariyah, yang disesuaikan dengan 7 nafsu pada manusia. Satu hal yang harus
diingat bahwa dzikir hanya dapat dikuasai melalui bimbingan seorang pembimbing
spiritual, guru/syaikh.
9.
Tarekat
Naqsabandiyah
Pendirinya
adalah Muhammad baha’ al din al naqsabandi al bukhori (717-791 H / 1317-1388
M). naqsabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas
penyebarannya. Danterdapat banyak di wilayah asia muslim. Diri yang menonjol
dari tarekat ini ialah diikutinya syareat secara ketat, keseriusan dalam
beribadah, melakukan penolakan terhadap music dan tari, serta lebih ngutamakan
berdzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin kuat kearah keterlibatan
dalam politik.
10.
Tarekat
Kholwatiyah
Tarekat
khalwatiyah, tidak sebagaimana lazimnya tarekat pada umumnya yang diambil dari
nama pendirinya. Penamaan ini justru didasarkan kepada kebiasaan sang guru
pendiri tarekat ini syekh Muhammad al khalwati (w 717 H), yang seringkali
melakukan kholwat di tempat-tempat sepi. Tarekat khawaltiyah merupakan cabang
dari tarekat As Sahidiyah, cabang dari al abhariyah dan cabang dari al
shrowardiyah yang didirikan oleh syekh syihab al din abu hafsh ‘umar al
suhrowardi al Baghdadi.
Ajaran dan
dzikir tarekat khalwatiyah
Tarekat
khalwatiyah menetapkan adanya sebuah amalan yang disebut al asma’ al sab’ah
(tujuh nama) yakni tujuh macam dzikir /tujuh tingkatan jiwa yang harus
dikembangkan oleh setiap salik
Dzikir pertama : لا إله إلاالله
Dzikir kedua :
الله
Dzikir ketiga : هو (dia)
Dzikir keempat
: حقّ (maha benar)
Dzikir kelima : حيّ (maha hidup)
Dzikir keenam
: قيوم (maha
jaga)
Dzikir ketujuh
: قهار (maha
perkasa)
Ketujuh
tingkatan dzikir ini intina didasarkan pada ayat AL Qur’an
11.
Tarekat sammaniyah
Tarekat ini didirikan oleh sekh Muhammad bin abd al
karim al samman al madani al qodiri al qubaisi dan lebih dikenal dengan
panggilan samman. Semula ia belajar toriqoh kholwatiyah dari damaskus, lama
kelamaan ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik berdzikir, wirid dan
ajaran teosofi lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan Allah yang
akhirnya disebut sebagai toriqoh sammaniyah, sehingga ada yang mengatakan bahwa
toriqoh sammaniyah adalah cabang dari khalwatiyah.
Diindonesia tarekat ini berkembang di sumatera Kalimantan dan jawa.
sammaniyah masuk ke Indonesia pada penghujung abad 18 yang banyak mendapat
pengikut karena popularitas imam samman.
Ajarannya
yang khas ialah memperbanyak dzikrullah dan shalat, lemah lembut kepada fakir
miskin, tidak mencintai dunia, menukar akal masyariyah dangan akan robbaniyah
dan mentawhidkan Allah dalam dzat, sifat dan af’ainnya. Pengaruh sammaniyah di Indonesia aiabadikan
di dalam tariah ruda.
2.4
Hubungan Tarekat dengan Tasawuf
Di
dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat itu tidak saja ditunjukkan pada aturan dan
cara-cara tertentu yang digunakan oleh seseorang syaikh tarikat dan bukan pula
terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syaikh tarekat, tetapi
meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama islama seperti salat zakat
dan lain-lain yang semuanya itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri
kepada Allah.
Dalam tarekat yang sudah melembga itu sudah
tercakup semua aspek ajaran islam seperti salat zakat dan lain-lain, ditambah
lagi pengamalan serta seorang syaikh. Akan tetapi, semua itu merupakan tuntunan
dan bimbingan seorang syaikh melalui baiat.
Sebagaimana
telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha mendekatkan diri
kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan
memperbanyak ibadah usaha dan mendekatkan diri ini biasanya dilakukan dibawah
bimbingan seorang guru atau syaikh. Ajaran-ajaran tasawuf yang harus di tempuh untuk
mendekatkan diri itu kepada Allah merupakan hakikat tarekat yang sebenarnya.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada
Allah, sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang
dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa
tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu.
Sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru pada muridnya.
2.5
Pengaruh Tarekat Di Dunia Islam
Ada
dua persepsi yang lazim berkembang tentang jamiyah tarekat di Indonesia.
Pertama, tarekat di anggap sebagai fanatisme guru yang dapat berubah menjadi fanatisme
politik. Kedua, tarekat dinilai sebagai gajala depolitisasi, pelarian dari
tanggung jawab sosial dan politik. Tarekat yang dikehendaki ? adalah sebuah
gerakan kaum sufi dalam kegiatan social keagamaan.
Dilihat dari aktivitas dan tujuannya. Tarekat dapat
dikategorikan menjadi dua kategori besar. Pertama, tarekat sebagai gerakan
purifikasi dengan penekanan pad astetisme yang sifatnya individualistic. Dalam
hal ini ditekankan adanya kegiatan dan kengkajian yang lebih berusaha kearah
pemurnian, keselamatan dan kedamaian. Kedua, tarekat dijadikan sarana
mengartikulasikan sisi terhadap lingkungan, atau sebagai sarana berdialog
dengan lingkungan social politik, membentuk tingkah laku bersama dalam mencoba
mengintepretasikan lingkungan untuk di jawab dan diatasi. Dan tarekat mempengaruhi dunia islam mulai abad ke 12. Kedudukan
tarekat saat itu sama dengan parpol. Bahkan tentara juga menjadi anggota
tarekat. Tarekat-tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya ke
seluruh pelosok negeri menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang
terancang dengan baik, dan memberikan otonomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiap
desa atau kelompok desa ada wali lokalnya yang didukung dan dimuliakan
sepanjang hidupnya, bahkan dipuja dan diagungkan-agungkan setelah kematiannya.
Akan
tetapi pada saat itu telah terjadi penyelewengan didalam tarekat. Penyelewengan
ini antara lain terjadi dalam paham washilah, yakni paham yang menjelaskan
bahwa permohonan seseorang tidak dapat dialamatkan langsung kepada Allah,
tetapi harus melalui guru, terus demikian sampai kepada syekh nya, baru bisa
bertemu Allah atau berhubungan dengan Allah.nah inilah yang ditentang oleh
Muhammad Abd Al-Wahhab di Arabia karena paham ini sudah membawa kepada paham syirik
yang dijumpai pada zaman Jahiliyah karena mannata, lata dan uzza itu adalah
perantara orang jahiliyah dengan tuhan yang dibasmi oleh nabi Muhammad.
Bila
diakitkan dengan misi awal tarekat yang mengajak manusia menuju pensucian jiwa, dan latar
belakang kelahirannya. Akibat dari keprihatinan
moral, maka bisa jadi tarekat tidak memiliki kaitan dengan politik sama sekali.
Pemahaman logisnya, sebagai
penganut dan pencintanya, tarekat dianggap jalan paling efektif dalam
menghadapi kemerosotan aspek-aspek spiritual, moralitas dan
kecenderungan-kecenderungan dehumanisasi.
Disisi
lain, sebagai gerakan popular, tarekat merupakan gerakan pertama yang secara
konstruktif merasakan kejenuhan terhadap akidah ahli kalam yang kaku. Dan ia merupakan
terobosan baru untuk seseorang mudah memasuki islm. Tarekat telah
mengendorkan syarat keislaman yang ketat, hal ini memberikan bahaya yang
serius. Tetapi, disisi lain dinilai telah mampu menampilkan kelembutan wajah
islam yang luar biasa, bahkan mau berkompromi dengan kepercayaan-kepercayaan
lama.
Banyak
pengamat berpikir bahwa begitu banyak masyarakat menjadi lebih modern dan
terindividualisasi, fungsi-fungsi sosial guru sufi dan organisasi mereka akan
turun. Pada pertengahan abad ke -20 banyak analisis yang melukiskan gambaran
tentang berkurangnya, dan mungkin lenyapnya, terekat-tarekat sufi. Tetapi
berlainan di dunia islam serta komunitas muslim tempat mereka menjadi
minoritas.
Tarekat-tarekat
sufi terus menyediakan sarana bagi pengartikulasian identitas islam inklusif
dengan penekanan yang besar pada keshalehan pemujaan individual dan pengalaman
kelompok kecil. Perbedaan tajam dengan orientasi yang lebih legalis, dengan
penekanan pada komunitas sebai keseluruhan, merupakan polaritas yang berusia
panjang dalam sejarah islam.
Dalaam
konteks yang berubah pada akhir abad ke -20, tradisi tarekat-tarekat sufi
memiliki kekuatan khusus dalam situasi yang mengandung derajat pluralisme
keagamaan yang demikian tinggi. Kepedulian para penulis Muslim maupun sejarawan
modern, menyebabkan kehadiran sufisme dikenal melalui karakteristik-karakteristik
teramati tertentu yang akan melekat pada rakyat dan masyarakat maupun
bentuk-bentuk kelembagaan yang spesifik. Para penulis sufi yang menkaji sufisme
bermaksud menggambarkan bagaimana figur-figur muslim besar mencapai tujuan
kehidupan manusia, yakni kedekatan kepada tuhan.
Dengan
demikian genre tipikal mereka bersifat hagiografis, yang bertujuan
membangkitkan kualitas-kualitas insaniah yang istimewa dari mereka yang
mencapai kedekatan ilahiah. Sebaliknya para penentang sufisme dari kalangan
muslim dengan begitu cemas memperlihatkan bahwa sufisme merupakan distorsi dari
islam dan mereka dengan senang hati menangkap setiap peluang untuk mengaitkan
sufisme dengan kekafiran dan kelemahan moral.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tarekat berasal dari kata thariqah, yang artinya
jalan yang harus ditempuh oleh seseorang calon sufi agar ia berada sedekat
mungkin dengan Allah. Tariqoh kemudian mengandung arti organisasi (tarikat).
Tiap tarikat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk ziir sendiri. Sejalan
dengan ini, Martin Van Bruinessen menyatakan istilah “tarekat” paling tidak
dipakai untuk mengacu pada organisasi yang menyatukan pengikut-pengikut “jalan”
tertentu. Di timur tengah, istilah “ta’ifdah” terkadang sering di sukai oleh
organisasi. Sehingga lebih mudah untuk membedakan antara satu dengan yang lain.
Akan tetapu di Indonesia kata tarekat mengacu pada keduanya.
Masyarakat Islam
memiliki warisan kultural dari ulama sebelumnya yang dapat digunakan, sebagai
pegangan yaitu doktrin tasawuf, yang merupakan aspek kultural yang ikut
membidani lahirnya gerakan tarekat pada masa itu. Dan yang tidak kalah
pentingnya adalah kepedulian ulama sufi, mereka memberikan pengayoman
masyarakat Islam yang sedang mengalami krisis moral yang sangat hebat (ibarat
anak ayam kehilangan induk). Dengan dibukanya ajaran tasawuf kepada orang awam,
secara praktis lebih berfungsi sebagai psikoterapi yang bersifat massal. Maka
kemudian banyak orang awam yang memasuki majelis dzikir dan halaqah-nya
para sufi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu kelompok tersendiri
(eksklusif) yang disebut dengan tarekat. Dan terdapat macam tarekat.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada
Allah, sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang
dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa
tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu.
Sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru pada muridnya.
Dengan
demikian genre tipikal mereka bersifat hagiografis, yang bertujuan
membangkitkan kualitas-kualitas insaniah yang istimewa dari mereka yang
mencapai kedekatan ilahiah. Sebaliknya para penentang sufisme dari kalangan
muslim dengan begitu cemas memperlihatkan bahwa sufisme merupakan distorsi dari
islam dan mereka dengan senang hati menangkap setiap peluang untuk mengaitkan
sufisme dengan kekafiran dan kelemahan moral.
DAFTAR PUSTAKA
M. Sholihin, Dkk
(2014). Ilmu Tasawuf, Pustaka Setia :
Bandung
Simuh
(2002).
Tasawuf Dan Perkembangan Dalam Islam, RajaGrafindo Persada :
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar